!!! Ending the Marching March.

Tuesday 30 March 2010

"Demand perfection but never high expectation. Sometimes the expectation only leads you to the disappointment."

Saya tertohok. Beberapa minggu yang lalu, kalimat ini terpampang dengan jelasnya di akun Twitter salah seorang yang saya follow, Mas Ario. Entah mengapa ada rasa getir ketika membacanya, mengingat pada waktu itu sedang dilanda terpaan pesimisme akut. Selalu, orang akan lebih tertarik terhadap perihal sentimentil yang dihubungkan atau secara sengaja dirasuki ke dalam keadaan dirinya sendiri pada saat itu. Begitulah, untuk beberapa manusia.

Apa itu ekspektasi? Apa maksud dari ekspektasi tinggi? Tenang, di sini tidak akan ada bahasan mengenai Teori Ekspektasi yang di kemudian hari dikembangkan oleh Lucas. Namun pada hakikatnya mereka berpijak pada kaki yang sama, yaitu prediksi terbenar dari segala sumber daya yang tersedia. Di mana yang terbenar tidaklah selalu menjadi yang terbaik. Dan yang terbaik tidaklah selalu menjadi yang terbenar bagi orang lain.

Bingung.

Berusaha sok tahu untuk menyimpulkan sesuatu tetapi tersendat di tengah-tengah kata. Jadi, mari kita lupakan saja sejenak haha. Saya sedang tidak ingin berekspektasi. Sudah cukup banyak kekecewaan.

Oh iya, saya sedang senang membaca tulisan-tulisan Iga Massardi di blog-nya. Salah seorang personil dari The Trees And The Wild yang vokalisnya memiliki karakter suara yang sangat amat begitu mirip persis sekali dengan John Mayer, dan yang pasti rekan-rekan sekalian telah ketahui, nama vokalisnya Remedy Waloni. Ya, Remedy. Lalalalalala~

sumber: Mahaka Entertainment @mahakaent.


sumber: Muhammad Asra Nur @cantsaynotohope.

Bulan Maret benar-benar bulan dengan penuh kemeriahan di sana kemari. Ada kemeriahan tugas-tugas yang kian tiada hentinya, kemeriahan ujian tengah semester yang menjadi tonggak pembuktian dari apa yang telah dikerjakan selama 1,5 bulan ini, kemeriahan perhelatan berbagai distraction, hingga kemeriahan konser Immi esok hari (tidak sabar). Saya sedang tidak ingin berekspektasi, maka tukar saja imbuhan "ke-an" pada kata "kemeriahan" dengan kata "semoga". Itu lebih realistis. Dosen Ekonomi Internasional saya mengeluarkan sebuah pernyataan pada awal pembelajaran,

"Biasanya, orang belum berumur 25 tahun itu idealis. Tapi setelah menginjak 25 tahun, mereka akan menjadi realistis."

Ratna Khairunisa, teman saya, berkata bahwa saya "karbitan". Awalnya sukar untuk dimengerti dan diterima, tetapi setelah dijelaskan dengan analogi semacam ibarat buah mangga yang masih keras dan masam namun sudah diperam ke dalam air gula, maka saya mengerti. Sial. Itulah sebabnya, saya selalu berkata bahwa jangan tertipu dengan wajah. Tetapi tidak ada gunanya juga bagi saya untuk menyalahkan apa yang memang sudah menjadi begini adanya.

Ngomong-ngomong soal usia, beberapa hari yang lalu saya menonton konser salah satu band pop rock orbit-an Pete Wentz. Halah ckckckck. Kalau tidak karena gratisan dan kalau tidak karena berlari sejenak setelah ujian Akuntansi Biaya saya pun tidak akan menonton. Walau opportunity cost-nya cukup besar karena harus memunculkan asumsi bahwa tidak ada ujian Ekonomi Moneter di keesokan harinya, setidaknya ada tiga hikmah yang bisa saya dapat dari perhelatan tersebut bahwa:

1. Berada di tengah gerumulan para remaja masa kini sama saja dengan mencelupkan diri ke dalam pasar persaingan sempurna. Barang-barangnya homogen, dan secara jangka panjang hasilnya benar-benar zero economic profit.
2. Kaos, jeans, sepatu keds, handuk dan tas punggung sudah menjadi outfit yang terlupakan di perhelatan semacam itu.
3. Zaman sudah berubah, Bung!

Untuk itu, mari kita lihat seperti apa zaman di keesokan hari. Selamat tidur.

Cheers :)
Mayang Arum Anjar Rizky.

0 comments:

  © Mayang Rizky The Remedy by Mayang Rizky

Back to TOP