When the Voice Within Talks

Thursday 3 September 2009

Produktivitas gue menurun. Kalo kata seorang teman di kala senang dan susah, Lia, barangkali gue lagi jenuh dan capek aja, jadi butuh refreshing. Refreshing bagi gue adalah bisa berada di rumah sambil nonton tv, baca buku, bikin makanan, atau makan.

Gue seneng deh kalo sewaktu-waktu bisa invincible. Cuma memerhatikan bagaimana orang lain bersikap dan lalu-lalang tanpa harus merasa bersalah. Karena gue suka merasa tidak nyaman ketika terlalu diperhatikan. Itulah sebabnya gue lebih cocok mengerjakan sesuatu yang terletak di belakang layar.

You care in your way. Begitu kata salah satu teman meskipun banyak yang bilang gue terlalu cuek. Nggak apa-apa, terkadang gue puas karena menjadi orang yang cuek, tidak perlu membesar-besarkan yang kecil dan mengecil-ngecilkan yang besar. Yang negatif itu memang ada gunanya jika dilakukan pada saat yang tepat.

Cuek dan sensitif itu bertolak belakang. Tapi gue senang ketika kepekaan atau rasa sensitif gue muncul yang pada akhirnya memberikan suatu pertanda. Sign itu akan hadir kalau kita peka dan tidak terpaksa atau dipaksa. Karena jika dia sudah datang dengan sendirinya, kita bakal terpana.

Satu-satunya cara untuk menghindari agar tidak menjadi bagian dari sebuah keeksklusivitasan adalah, berteman dengan siapa saja. Dari situlah gue belajar memahami, menerima, atau bahkan menilai orang lain.

Ada yang bilang, "Bertemanlah dengan musuhmu, dengan begitu kau akan tahu kelemahannya." Punya musuh atau ngga, bukan menjadi suatu halangan bagi gue, selama tidak mengganggu kehidupan dan gue pun tidak melakukan sesuatu yang dirisaukan, kenapa harus ribet.

Kalo harus disuruh merancang rencana, itu bukan core-competence gue tampaknya. Gue lebih memilih untuk menjadi algojo yang hidup dalam kespontanan. Karena gue harus berhati-hati, apa yang gue rencanakan sering tidak berhasil. Jadi, bersiap-siaplah dengan sesuatu yang tidak terduga sebelumnya.

Pilih salah satu, love what you do atau do what you love. Pasti semua jawabannya yang kedua. Tapi kenapa pengimplementasiannya begitu susah ya? Gue sedang memilah itu semua dan mencari cara untuk finish what you have to, then do what you like to.

Gue sudah pernah ngomong sebelumnya jauh-jauh hari. Tiga negara yang gue kagumi setelah negara gue sendiri, India, Yunani, dan Brazil. Tanpa disadari, beberapa waktu lalu, India datang dan pergi pada akhirnya. Sekarang, Yunani datang dan abang gue akan pergi. Tinggal satu lagi, berhati-hatilah dengan perkataan yang dikeluarkan dari mulut.

Sudah hampir tiga tahun dan bosan dengan alasan "malas" ketika orang-orang menanyakan kenapa masih sendiri? Alasan gue cuma satu sekarang, balas dendam. Terdengar jahat ya, tetapi dengan membuktikan dan membuat orang menyesal suatu saat nanti karena melakukan hal yang bodoh dengan menyia-nyiakan diri kita sendiri itu ternyata memuaskan (lol). \m/

Bertemu dan berbicara dengan orang-orang yang inspiratif adalah impian. Mau sejahat Hitler atau sebaik Prof. Subroto, mereka semua itu orang yang kharismatik. Bisa membantu kita dalam memahami hidup mana yang baik yang harus diambil atau dibuang, dan mana yang buruk yang harus diambil atau dibuang.

4 comments:

Badri Akbar Thursday, September 03, 2009 12:42:00 am  

Mayang Arum Anjar Rizky said:
menurut lo gue orangnya cuek apa ngga?
badri said:
WHAT THE FUCK
Mayang Arum Anjar Rizky said:
baiklah, thanks bar
badri said:
ngga kok
you care in your way
Mayang Arum Anjar Rizky said:
okeeeee
kok lo dewasa sih bar?

Alan Dermawan Zulkifli Monday, September 07, 2009 2:41:00 am  

OH INI TOH BLOG LU MAY? sini gw link

zen Wednesday, September 16, 2009 7:52:00 am  

Membaca paragrafmu yang ketujuh membikin saya ingat pada frase yang sering diucapkan oleh orang Jawa tiap kali menghadapi kejutan yang diberikan oleh [ke]hidup[an]. Bunyinya pendek: "Urip tan kiniro." [hidup memang penuh dengan kejutan].

Menggetarkan tentu saja menunggu sesuatu dengan penuh cemas, menanti sesuatu yang tak sepenuhnya mampu kita kira-kira apa itu bentuknya. Tapi kita memang tak bisa berharap terlalu banyak pada misterium hari depan, selain menikmati saja setiap debar di setiap penantiannya. Karena, kadang, kita memang hanya bersandar pada angin, kata sebuah sajak.

Btw, tulisanmu nyaris tanpa salah ketik atau salah EYD-nya.

:)

Mayang Rizky Sunday, September 27, 2009 2:27:00 am  

>> Badri
Masih lo simpen Bar?

>>Alan
Gue link juga ya Lan! Terima kasih sudah mampir hehehe

>>Bang Zen
Iya sesuatu yang mengejutkan itu memang lebih menantang (:
Huahahaha sebenernya ada beberapa kata yang ngga sesuai EYD lohhh

  © Mayang Rizky The Remedy by Mayang Rizky

Back to TOP